Pemuda kelahiran asli kota Ngawi bernama Agus Sodiq Mengatakan kalau ingin mengurai kisah melon ngawi berawal dari tahun 1990. Pada
saat itu, konon ada ahli melon dari “luar” (katanya dari Thailand)
melakukan percobaan penanaman melon di Ngawi (Jawa Timur), tepatnya di
kecamatan Paron. Hasilnya memuaskan lalu menarik minat petani di situ
untuk ikut menanamnya. Dari sini melon hasil coba di Paron berkembang ke
kecamatan lainnya di kabupaten Ngawi itu. Karena Ngawi dianggap sebagai
‘pionir’ maka melon jenis ini menjadi terkenal sebagai melon ngawi.
Keberhasilan Ngawi menanam melon jenis itu memancing daerah lain untuk
menanamnya. Sekitar 1992 giliran Sragen dan Sukoharjo (Jawa Tengah)
menanamnya. Dari sini masuk ke Ponorogo (Jawa Timur) terus tahun 2000
masuk ke Purwadadi (Jawa Tengah). Sekarang ini, melon yang dikatakan
sebagai melon ngawi sudah dibudidayakan petani di sekitar Kudus, Jepara,
Pati (Jawa Tengah), juga Nganjuk (Jawa Timur) dan daerah lain di Jawa.Sebelum memiliki lapak itu, 1992 – 1995 beroperasi di
lapangan sebagai penebas terutama di Sukoharjo. Waktu itu Sukoharjo
menjadi salah satu sentra penanaman melon selain Ngawi dan Sragen.
Cerita Muslim, penyebaran itu tak lepas dari peran tenaga kerja dari
masing-masing daerah. Rupanya, ketika Ngawi mengembangkan melon, tenaga kerjanya dari luar daerah. Setelah kembali ke daerah masing-masing, mereka
mengembangkan sendiri melon yang sama di tempat tinggalnya. Di antara
mereka adalah tenaga kerja dari Purwadadi yang juga memanfaatkan
penyuluh pertanian dari Ngawi.
Berangkat dari situlah melon ngawi menjadi “trademark” para
pedagang meskipun bisa jadi melon itu datangnya bisa dari Sukoharjo,
Ponorogo, Purwodadi, Nganjuk, juga Kulon Progo (DIY), dll. Tetapi nama
melon ngawi’ itu sendiri muncul dari para pedagang buah di Pasar Induk
Kramat Jati dan sekitarnya.
Melon ngawi merupakan ‘melon F-1 Hybrid variatas Action 434’.
Buahnya bulat, bobotnya 2,1 – 4,0 kg. Kulit buah berjaring, warna hijau
kuning. Umur panen 60 – 65 hari. Daging buahnya tebal, warna hijau
kuning, aromanya tidak begitu tajam. Buah tahan disimpan lama dan
dikirim ke tempat jauh. Potensi produksi 30 -40 ton perhektar. Melon ini
bisa beradaptasi pada daerah sampai 600 m d.p.l. “Melon ‘Action” paling
laku. Kulit dan urat tebal, daging padat, tebal, dan tahan lama, tidak
gampang busuk. Kalau ‘Sky Rocket’ lebih harum tapi tidak tahan lama.
Sehari dua hari sudah lembek,” tutur pemuda yang pernah merantau di kota Batam.
Agus yang membantu orang tuanya bertanam melon menambahkan, ‘Action’
tahan penyakit. Jenis lain yang pernah ditanam tapi gagal adalah Fresh dan
Starr.
Menurut pemuda yang rupawan ini bobot buahnya 2,0 – 3,0 kg atau rata-rata 2,5 kg. Aroma
buah sedikit harum dan rasanya manis. Daging buah tebal. Dan yang paling
ditonjolkan dari ‘Leader’ adalah tahan penyakit daun, yang merupakan
penyakit yang banyak menyerang melon Ngawi terutama saat penanaman
dilakukan hujan masih turun.
Mengenai rasa manis buah, Agus juga membuat catatan lagi. Rasa manis
terbentuk justru saat buah belum membentuk net (umur di bawah 40 – 50
hari). “Kalau net sudah terbentuk, dan rasa buah tidak manis, berarti
saat dipanen rasa buah tidak akan manis. Tetapi kalau sampai panen buah
tidak mengeluarkan net, buah tidak ada rasanya alias hambar,” tegas Agus Sodiq.
Kemudian kaitannya dengan kualias atau kelas buah, tutur pemuda yang masih lajang dan menjomblo ini, buah yang netnya tidak sempurna masuk ke Kelas C. Kalau melon Kelas A, netnya rapat, tidak ada luka, performa buah sempurna, bobot buah di atas 2,0 kg. Yang Kelas B, seperti Kelas A tapi bobot buah 2,0 kg ke bawah. Sedangkan yang betul-betul tidak ngurat masuk Kelas plonco atau melon gundul. Biasanya melon ini tidak diambil penebas dan masuk pasar local.