Featured Post Today
print this page
Latest Post

Wisata Air Terjun Pengantin

 

Air Terjun Pengantin adalah sebuah air terjun yang terdapat di Dusun Besek Desa Hargomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Dahulunya air terjun ini diberi nama Grojokan Ndukji/Jumog tetapi karena sekarang air terjun ini terbagi menjadi dua air terjun kembar maka diberi nama Air Terjun Pengantin. Seperti tempat-tempat wisata yang lain di kota Ngawi, mungkin wisata air terjun pengantin ini dapat menjadi alternatif tempat wisata alam di daerah Ngawi. 
Untuk mencapai lokasi Air Terjun Pengantin, dari kebun teh jamus anda lurus sampai di sekolah SDN Hargo 4(kanan jalan). Anda lurus ke timur sampai  dusun Besek desa Hargomulyo, setelah itu silahkan bertanya pada masyarakat sekitar lokasi Air Terjun Pengantin.
Disana anda akan dimanjakan dengan keindahan alam pegunungan dan air terjun yang sangat segar, pokoknya rugi kalau anda melewatkanya.

Jadi Lulusan Terbaik, Anak Pembantu dari Ngawi Ini Ber-IPK 3,99


Jika tekad telanjur bulat, tak ada hal yang bisa menghalangi. Itulah yang dirasakan Devi Triasari, gadis kelahiran Ngawi 19 Desember 1991.
Lahir dari keluarga tidak mampu tak membuatnya patah arang. Ia bertekad terus bersekolah agar bisa meraih cita-cita. Ia bertekad memiliki pekerjaan yang lebih baik agar bisa membahagiakan kedua orang tuanya.Lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi pada 2010, Devi merasa tidak ada harapan untuk melanjutkan kuliah. Ia tahu betul, kedua orang tuanya tidak akan mampu membiayai.Karena itulah Devi memilih bekerja pada bagian adminsitrasi di sebuah perusahaan kontraktor di Magetan. Dengan cara begitu ia bisa membantu keuangan keluarga.
“Ayah saya hanya seorang buruh dan ibu pembantu rumah tangga,” tuturnya kepada awak media.
Namun, kemudian ia sadar, kalau ingin memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, ia tidak bisa menyandarkan pada pekerjaan sebagai pegawai kelas bawah. Apalagi gaji yang diperolehnya tidak cukup besar.Ia berefleksi, kalau mau memiliki pekerjaan baaik ia harus sekolah tinggi. Karena itulah ia kemudian mendaftar di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
“Saya mencoba mendaftar Beasiswa Sampoerna dan diterima. Namun akhirnya saya tidak mengambilnya dan mencoba mendaftarkan diri melalui jalur SNMPTN tahun 2011,” urainya.Tidak mudah bagi Devi untuk mengikuti SNMPTN. Ia harus tidur di sebuah gudang karena tidak memiliki saudara di sekitar tempat tes. Ia juga tidak memiliki uang untuk menyewa penginapan, sekalipun penginapan murah.
Beasiswa dari Australia
Usaha keras tersebut terbayar dengan lolosnya Devi sebagai mahasiswa UNS. Ia juga memperoleh beasiswa penuh Bidikmisi. Dengan beasiswa itu, Devi tidak perlu membayar uang kuliah. Ia juga memperoleh uang saku sebesar Rp600 setiap bulan.Kesempatan emas yang diperoleh Devi tak ia sia-siakan. Ia belajar giat, meskipun saat itu ia juga harus boolak-balik Solo-Magetan agar tetap bisa bekerja.
“Semester satu saya masih bolak-balik Solo-Magetan agar tetap bisa bekerja. Namun akhirnya saya merasa berat. Akhirnya saya putuskan keluar dari pekerjaan dan mencari kerja sambilan di Solo,” kenang Devi.
“Apapun saya jalani untuk dapat memberikan bantuan uang ke orangtua karena kuliah dan living cost sudah dibiayai dari Bidikmisi. Saya menjadi guru les, penjual pulsa dan apapun yang bisa menghasilkan uang asalkan halal,” ujarnya.
Kini, buah dari kerja keras Devi terbayar dengan prestasi membanggakan dan tawaran beasiswa afirmasi S2 ke Australia.Devi lulus sebagai wisudawan terbaik UNS dengan perdiket cum laude. Tidak tanggung-tanggung, ia memperoleh Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,99. Itu sebuah pencapaian yang hanya bisa diraih oleh mahasiswa jenius.Berkat prestasinya, Devi mendapat tawaran beasiswa S2 ke Australia di bidang hukum. Dua universitas bergengsi di negeri kanguru itu, Monash University dan Newcastle University, siap menerima mahasiswi ini.(sumber brita : portalsemarang.com)

Hobi Menghitung Uang Gadis Cantik Asal Ngawi Ini Gabungkan Ekonomi dan Wisata


Bagi sebagian orang, bidang ekonomi dan wisata adalah dua dunia yang jauh beda. Yang pertama berkaitan dengan angka dan hitung-hitungan, sementara yang kedua berkaitan dengan kesenangan.
Tapi bagi Riskawati Tanundyana, dua hal itu bisa disandingkan. Gadis cantik asal Ngawi ini bisa melakoni peran sebagai mahasiswa ekonomi pembangunan sekaligus duta wisata untuk daerah kelahirannya.
Ya, Riska yang kini menempuh studi di Jurusan Ekonomi Pembangunan (EP) Unnes, sejak awal 2014 lalu terpilih jadi ambasador wisata di daerahnya. Dua kesibukan itulah yang membuat Riska kerap bolak-balik Semarang-Ngawi.
“Mulai semester 1 saya memang seminggu sekali pulang Ngawi. Biasanya acara Duta Wisata itu dilakukan waktu weekend jadi saya bisa atur jadwalnya agar tidak bentrok dengan ajdwal kuliah,” kata gadis 18 tahun ini.

Soal ketertarikannya pada bidang ekonomi, Riska mengaku sudah dimulai sejak Sekolah Dasar (SD). Saat itu, ia sudah mulai suka dengan sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan pembukuan. Bahkan, ia sudah mulai membiasakan diri mencatat dan pemasukan dan pengeluaran sendiri.
“Yang paling menantang dalam jurusan ekonomi pembangunan ialah tentang kurva dan analisisnya. Di jurusan ekonomi pembangunan, tiap mahasiswa dituntut memiliki kemampuan analisis yang tinggi,” katanya.
Berbekal passion di bidang itulah, Riska terus mengasah diri. Tidak hanya ekonomi mikro. Mahasiswa yang aktif di organisasi mahasiswa FE Unnes ini juga mendalami ekonomi makro. Bagi dia, dua-duanya sama-sama asyik untuk dipelajari.
Di bidang ini, Riska bahkan sudah menetapkan target tinggi untuk menjadi seorang ekonom. Profesi itu, menurutnya, bisa dijadikan ladang pengabdian untuk menyejahterakan masyarakat.
“Menurut saya, ekonomi nasioonal kita secara umum belum merata. Saya ingin mengangkat derajat masyarakat Indonesia yang berada di daerah pelosok yang sulit terjangkau. Mereka perlu aneka program pemberdayaan yang tidak top-down, tapi partisipatif. Ini perlu program yang jelas dan matang,” kata alumni SMA 1 Ngawi ini.

Soal ekonomi partisipatif, itu bukan hal yang teoretis. Riska mulai mengaplikasikannya dalam bidang wisata, bidang yang ia geluti kini. Ia mengarahkan, pengembangan wisata harus partisipatif. Masyarakat menjadi pemilik, masyarakat pula yang berhak memetik hasilnya.
Manajemen partisipatif ini, ia menilai, cocok diterapkan di Ngawi. Sebab, daerah di daerah tengah ini memiliki objek wisata sejarah yang potensial.
“Musium Trinil dan Benteng Van Den Bosch adalah dua objek yang menandai perjalanan panjang ilmu pengetahuan dunia. Eugene Dubois, salah satu tokoh paleoanthropologi dunia, tinggal di daerah ini selama 5 tahun untuk menyelesaikan risetnya,” terang Riska.
“Bersama tim, ia menggunakan jalur sungai lokasi trinil dengan tenaga pasukan Belanda menemukan situs manusia purba pertama di dunia yaitu Pithecanthropus Erectus (manusia kera berdiri tegak) yang berusia skitar 1,8 juta tahun,” terang Riska bersemengat.
Instingnya sebagai duta wisata, membuat ia kerap “ngungun” melihat objek wisata tertentu. Ia berharap, manajemen pariwisata di daerah mana pun segera diperbaiki sehingga pariwisata berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat.(sumber berita : portal Semarang)
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. zona Informasi Seputar Ngawi 2021 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger